Sabtu, 13 Februari 2010

HUBUNGAN JANGKA PANJANG INVESTASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA-NEGARA ASEAN

I. LATAR BELAKANG


Berbagai pandangan telah dikemukakan mengenai hubungan jangka panjang antara Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi menurut Model AK (istilah bagi fungsi Produksi Y = AK). Misalnya Romer (1986,1987), Lucas (1988) dan Robelo (1991) setuju bahwa terdapat efek jangka panjang yang positif antara Investasi (Modal) dan Pertumbuhan Ekonomi. Namun Jones (1995) telah menentangnya, dengan menggunakan data deret waktu (time series) pada negara-negara Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), beliau mendapati bahwa tidak terdapat efek jangka panjang yang positif diantara Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi.

Dalam Kajiannya Jones menggunakan dua bentuk pembuktian model AK. Pertama, Pembuktian secara Deskriftif tentang arah aliran (trend) Investasi dan Pertumbuhan dari tahun 1950 – 1988 untuk menggambarkan tingkat pertumbuhan 15 negara OECD, kenyataanya diperoleh bahwa tidak terdapat kecenderungan trend yang meningkat meskipun dibeberapa negara tingkat investasinya meningkat. Kedua, Pembuktian melalui pengujian formal dengan hipotesis bahwa terdapat efek positif jangka panjang investasi terhadap pertumbuhan, dan ternyata hipotesis tersebut ditolak.

Dajin Li (2002) menguji kembali hasil yang bertentangan dari konsep Jones tersebut, dengan mengemukakan konsep alternatif tentang investasi. Ia mengemukakan bahwa penentangan Jones muncul karena menggunakan konsep “durable Invesment”, sementara dalam menguji model AK, penggunaan konsep “total invesment” adalah lebih relevan.

Dengan membuat perbaikan dan pengembangan set data, penambahan jumlah negara OECD yang dikaji, dan pembetulan prosedur pengujian. Data deret waktu bagi 24 negara OECD dari tahun 1950 – 1992 dan 5 negara industri utama dari tahun 1870 – 1987, telah digunakan dalam kajianya. Karena AK Model didasarkan pada fungsi produksi linear satu sektor sederhana dan dinamik, maka Dajin Li juga melakukan uji berdasarkan Uzawa (1965)/Lucas (1988) AK model dua sektor berbentuk dinamik.

Dari hasil kajiannya, Dajin Li dapat membuktikan atau mengukuhkan kembali bahwa terdapat hubungan jangka panjang yang positif antara investasi dan pertumbuhan ekonomi melalui pengujian AK Model.

Berdasarkan kajian Dajin Li (2002), maka penulis tertarik pula untuk menguji model AK, untuk melihat hubungan jangka panjang antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan dengan menggunakan data lima negara-negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand.

II. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk hubungan jangka panjang antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN.
2. Untuk membuktikan hasil kajian Dajin Li (2002) dengan menggunakan data negara-negara ASEAN.

III. LANDASAN TEORITIS

III.1. Model AK

Satu hal penting dalam Model AK adalah tidak adanya konsep deminishing return bagi modal secara luas, termasuk pada modal Fisik dan Manusia. Fungsi Produksi dapat digambarkan sebagai :

y = Akh1- (1)

di mana y adalah output perkapita, k dan h adalah modal fisik dan manusia perkapita, dan A dan  adalah dua parameter konstan bagi teknologi.

Keadaan steady state dalam model bermakna bahwa pertumbuhan modal fisik dan manusia berada pada tingkat yang sama. Diasumsikan bahwa tingkat depresiasi bagi kedua-dua jenis modal adalah sama, tingkat investasi juga sama, rasio antara kedua-dua stok modal adalah konstan ( 1 - ) / ) 2. Maka keadaan steady state untuk tingkat pertumbuhan dapat digambarkan melalui sebuah fungsi linear terhadap investasi modal fisik :
g* = - + Ãx * (2)

di mana Ã=A ( 1 - ) / ) 1- ; g* adalah tingkat pertumbuhan umum bagi output perkapita, konsumsi serta modal fisik dan manusia; x* adalah tingkat steady state bagi investasi modal fisik; dan  adalah konstanta bagi tingkat depresiasi modal fisik dan manusia serta tingkat pertumbuhan penduduk. Persamaan (2) ini digunakan Jones untuk menguji hubungan antara pertumbuhan dan investasi.

III.2. Efek Jangka Panjang Investasi Terhadap Pertumbuhan

Jones (1995) meregreskan persamaan ekonometrik efek jangka panjang investasi terhadap pertumbuhan sebagai berikut :

gt = A (L)gt-1 + B (1)xt + B’(L) Δxt + εt (3)

di mana, gt adalah tingkat pertumbuhan; xt dan Δxt adalah tingkat dan turunan pertama investasi; masing-masing A (L) dan B’(L) adalah polinomial derjat p dalam Operator Tertangguh L; dan εt gangguan (error). Variabel B (1) menandakan efek jangka panjang tingkat investasi terhadap pertumbuhan tersebut. Keabsahan model AK dapat diuji melalui uji hipotesis nol, B (1) = 0, dan hipotesis alternatif, B (1)  0. Keputusan regresi model Jones ini dapat dilihat pada Tabel 2 (lampiran 3).
Dajin Li meregreskan kembali dengan memperbaiki data durabel dan total investasi Jones menjadi data (PWT5.6) total investasi. Dari hasil regresi diperoleh bahwa hipotesis B (1) = 0 diterima pada 11 dari 14 negara yang diuji, maknanya hasil keputusan dengan menggunakan data investasi durabel memberikan pertentangan dengan jangkaan model AK, sedangkan hasil keputusan dengan menggunakan data total investasi menunjukkan bahwa hipotesis B (1)  0, dapat diterima pada 5 dari 15 negara yang diuji. Dan apabila data total investasi yang telah diperbaiki PWT5.6 digunakan maka 6 daripada 15 negara yang diuji menunjukkan bahwa B (1)  0 dapat diterima. Ini menggambarkan pertentangan dengan jangkaan model AK semakin lemah.

III.3. Pengujian Model AK Satu Sektor

Penggunaan OLS untuk meregreskan persamaan (3) akan menimbulkan masalah wujudnya gangguan autoregresif dalam model. Untuk mengelakkan masalah tersebut, maka model alternatif tanpa autoregresif terms perlu dibentuk :

gt = a + C (1) xt + C’(L) Δxt + εt (4)

di mana, a adalah intersep; C (1) adalah efek jangka panjang tingkat investasi ke terhadap tingkat pertumbuhan; dan C’(L) adalah polinomial derjat q dalam Operator Tertangguh L.

Regresi persamaan (4) menggunakan OLS juga bermasalah yakni regresi bias dan tak konstan, sebab variabel bebas xt dan nilai tertangguh dapat berkolerasi dengan gangguan error εt. Ini timbul karena siklus fluktuasi ekonomi, yang mana tingkat pertumbuhan dan investasi cenderung menyimpang dari nilai jangka panjangnya. Ini juga dapat disebabkan oleh hubungan kausal dari output terhadap investasi, Baro dan Sala-i-Martin (1995) dan mankiw (1995).

Satu cara untuk menyesuaikan masalah tersebut adalah dengan menggunakan variabel instrumen agar didapatkan variabel yang memuaskan bagi tingkat investasi, Saikkonen (1991), Philip dan Loretan (1991), dan Stock dan Watson (1993).

Untuk memahami prosedur tersebut, satu persamaan linear gangguan error εt di bentuk sebagai berikut:

εt = D (L) xt+r + vt (5)

di mana D (L) adalah tertangguh polinomial derjat 2 x r ; dan vt adalah sisa. Dari persamaan tersebut vt adalah tidak berkorelasi dengan xt dan nilai tertangguhnya. Karena efek tingkat pertumbuhan dan investasi kepada fluktuasi jangka pendek dalam ekonomi, maka polinomial D(L) mengandungi parameter  0. Korelasi antara εt dan xt diasumsikan = 0 pada tempoh (r + 1) atau tertangguh (r - 1). Siklus kejutan pada tingkat pertumbuhan dan investasi adalah bersifat sementara dari keseimbangan jangka panjang, tetapi ia tak dapat diganti sebagai parameter penentu keseimbangan. Dengan kata lain tidak ada kaitan jangka panjang antara gangguan error dan tingkat investasi. Jadi D(L) = 0. Dengan menggunakan batasan ini, persamaan (5) dapat ditulis kembali sebagai:

εt = D(1)xt + D’(L) xt+r + vt = D’(L) xt+r + vt, (5’)

dan persamaan (4) pula dapat tuliskan kembali sebagai :

gt = a + C (1) xt + E (L) xt+q + vt (6)

di mana E(L) adalah tertangguh polinomial derjat 2 x q; E (L) = D’(L) bagi q > 0 ; dan E(L) = C’(L) +D’(L) untuk q ≤ 0.

Berdasarkan persamaan (6), pengujian terhadap model AK menjadi satu uji hipotesis nol C(1) = 0, dan hipotesis alternatif C (1) > 0, karena vt tidak berkolerasi dengan xt dan leads atau tertangguhnya, maka regresi OLS menjadi konsisten dan efisien.

III.4. Pembuktian Efek Jangka Panjang Dengan Panel Data Model Satu Sektor

Pendekatan panel data banyak mendapatkan perhatian dalam kajian akhir-akhir ini seperti Coe dan Helpman,1995; Islam, 1995; dan Evans 1998. Penggunaan panel data bagi 24 negara OECD pada uji AK model, dapat ditulis sebagai berikut :

git = ai + Ci (1) xit + Ei (L) Δxit + q + vit (7)

di mana i adalah identitas negara, ai parameter intersep negara tertentu, Ci (1) dan Ei (L) menggambarkan efek jangka panjang dan jangka pendek investasi terhadap pertumbuhan, dan vit gangguan error.

Masalah utama dalam menganalisis panel data adalah menghitung parameter silang keragaman negara. Parameter mesti meliputi semua negara sebagai parameter jangka pendek yang menggambarkan kedinamisan waktu dan efek tingkat pertumbuhan akibat perubahan tingkat investasi . Untuk alasan ini, Dajin Li mengambil dua kasus yaitu kasus 1, regresi deret waktu untuk seluruh intersep dan parameter jangka panjang dan jangka pendek adalah sama untuk semua negara. kasus 2, slope parameter jangka pendek berbeda untuk semua negara.

Masalah yang muncul berkaitan dengan keragaman parameter adalah wujudnya heteroskidastisiti dan korelasi antara gangguan error, sehingga regresi dengan OLS tak dapat digunakan, maka Dajin Li menggunakan kaedah Seemingly Unrelated Regression (SUR) bagi meregreskan efek jangka panjang investasi terhadap pertumbuhan.

Hasil regresi menggunakan OLS dan SUR sebagai estimator kasus 1 dan kasus 2, menunjukan bahwa parameter investasi adalah signifikan secara positif dalam menggambarkan model AK. Regresi parameter jangka panjang dengan menggunakan kaedah SUR lebih baik berbanding OLS.

III.5. Uji Panel Data pada Model Dua Sektor Pertumbuhan Endogenous


Produksi barang akhir membutuhkan modal manusia dan fisik, tetapi pendidikan hanya digunakan dalam modal manusia. Pergerakan modal fisik kepada modal manusia menimbulkan perubahan dinamis. Sebab ianya mempunyai dua sektor dan perubahan dinamis, model ini menunjukkan susunan kerja penguji pertumbuhan jangka panjang. Dua keputusan dapat dihasilkan dari model ini. Pertama, hubungan pada keadaan steady state antara pertumbuhan dan investasi dalam model dua sektor adalah sama pada model AK satu sektor. Kedua, dalam model dua sektor, tingkat investasi dan rasio modal fisik terhadap modal manusia menentukan tingkat pertumbuhan sepanjang garis peralihan, dan tingkat pertumbuhan output adalah berbanding terbalik terhadap rasio modal fisik terhadap modal manusia sebagai pendekatan ekonomi steady state.

Dengan perbaikan model tertangguh tersebar dan penerapan prosedur yang sama seperti pada uji model satu sektor, penguji model dua sektor dilakukan melalui persamaan berikut :

git = ai + Ci1 (1) xi1t + Ci2 (1) xi2t + Ei1 (L) Δxi1t + q + Ei2 (L) Δxi2t + q + vit (8)

di mana xi1t dan xi2t masing-masing adalah tingkat investasi dan rasio kedua bentuk modal; Ci1 (1) dan Ci2 (1) masing-masing adalah efek jangka panjang tingkat investasi dan rasio kedua bentuk modal; Ei1 dan Ei2 masing-masing adalah efek jangka pendek tingkat investasi dan rasio kedua bentuk modal; dan vit gangguan error.

Dari pandangan empirik, model endogenous satu dan dua sektor berbeda secara umum dengan rasio modal fisik terhadap modal manusia. Sisa rasio konstan dalam model AK satu sektor tetapi bervariasi didalam model dua sektor. Dalam model dua sektor Uzawa-Lucas, rasio modal fisik terhadap modal manusia hanya berbentuk peralihan, bukan efek jangka panjang. Implikasinya adalah Ci2 (1) = 0.
Dajin Li mengemukakan asumsi model satu sektor yaitu, kasus pertama diasumsikan bahwa semua intersep dan parameter slop jangka pendek dan jangka panjang adalah sama bagi semua negara. Kasus kedua, membenarkan parameter slop jangka pendek investasi dan rasio modal fisik-manusia berbeda untuk semua negara.

Hasil penganggran persamaan (8), menggunakan panel data 22 negara OECD tempoh 1965-1987, menunjukkan bahwa efek jangka panjang tingkat investasi terhadap tingkat pertumbuhan adalah positif dan sangat signifikan. Uji F secara tegas menolak hipotesis nol efek jangka pendek dan jangka panjang rasio modal fisik-manusia pada kedua-dua kasus. Ini menandakan bahwa rasio dinamis adalah satu yang penting pada proses pertumbuhan.

Hasil regresi panel data juga menunjukkan bahwa efek jangka panjang rasio kedua bentuk modal tidaklah nol, bertentangan dengan model Uzawa-Lucas. Beberapa faktor penyebabnya adalah : pertama, jika ekonomi negara-negara OECD melalui tempo peralihan, maka data deret waktu yang tersedia ada tidak memadai bagi membolehkan prosedur empirik menjelaskan dengan sempurna efek peralihan terhadap rasio, sebab efek peralihan terbit di dalam parameter jangka panjang. Kedua, Pengukuran ralat dalam variabel, khususnya modal manusia, dapat bias dalam meregreskan Ci2 (1). Ketiga, seperti yang disarankan dalam Lucas (1988), akumulasi modal manusia adalah eksternalitas. Kelemahan memasukkan faktor eksternalitas dapat memutarbalikkan penganggran efek jangka panjang terhadap rasio modal fisik-manusia.

III.6. Kekuatan Peramalan model satu sektor dan dua sektor

Bagaimana efisiensi model dua sektor Uzawa-Lucas dibanding dengan model AK satu sektor dalam meramalkan tingkat pertumbuhan negara-negara OECD ? Hasil regresi menggambarkan tiga ukuran statistik yang membandingkan ketepatan peramalan tersebut. Berdasarkan ukuran tersebut, model dua sektor adalah lebih sesuai dalam melihat tingkat pertumbuhan di negara-negara OECD berbanding model satu sektor. Kesalahan peramalan pada model dua sektor yang menggunakan tiga ukuran adalah kecil daripada separuh pengukuran model satu sektor. Sebab penggunaan rasio modal fisik terhadap modal manusia hanya berbeda antara dua sektor saja, dan kita dapat menentukan perbaikan bagi rasio tersebut.


IV. PENGUJIAN MODEL AK PADA NEGARA-NEGARA ASEAN

IV.1. Trend Tingkat Petumbuhan dan Tingkat Investasi

Secara teori tingkat pertumbuhan dan investasi adalah memiliki pergerakan trend jangka panjang yang sama, maka. Tabel 1, menunjukkan hasil pengujian trend tingkat pertumbuhan dan investasi bagi lima negara ASEAN. Trend yang sama antara tingkat pertumbuhan dan tingkat investasi hanya terlihat pada negara Philipina dan Singapura, sedangkan negara Indonesia, Malaysia dan Thailand tidak searah, walaupun demikian ianya tidak signifikan secara statistik.

Trend tingkat pertumbuhan pada kelima-lima negara ASEAN memiliki kecenderungan yang negatif, namun tidak signifikan secara statistik kecuali bagi negara Indonesia yang signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen. Ini bermakna pada kelima-lima negara trend tingkat pertumbuhan cenderung menurun menurut waktu dalam kajian ini.

Tingkat investasi pada negara Indonesia, Malaysia dan Thailand menunjukkan trend yang positif, bermakna ianya memiliki kecenderungan meningkat menurut waktu dalam kajian. Sementara Philipina dan Singapura memiliki trend yang negatif dan signifikan secara statistik, bermakna ada kecenderungan bahwa tingkat investasi dikedua-dua negara menurun menurut waktu kajian. Karena diperoleh bahwa pengujian secara statistik kurang memuaskan, maka pengujian secara deskriftif perlu dilakukan untuk memastikan bahwa trend tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan adalah sama.

Tabel 1. Trend Tingkat Petumbuhan dan Investasi Pada Negara-Negara ASEAN, 1971-2000.


Negara
Tingkat Pertumbuhan
Tingkat Investasi

Indonesia
-0.2241*
(-1.938)
0.128
(0.670)
Malaysia -0.0553
(-0.481) 0.3051*
(1.686)
Philipina -0.0548
(-0.510) -0.3842***
(-3.329)
Singapura -0.0141
(-0.149) -0.4400***
(-3.995)
Thailand -0.2261
(-0.149) 0.2490
(1.282)

Keterangan :
(*) Signifikan pada tingkat keyakinan 95 peratus
(**) Signifikan pada tingkat keyakinan 95 peratus
(***) Signifikan pada tingkat keyakinan 99 peratus


IV.2. Efek Jangka Panjang Tingkat Investasi Terhadap Tingkat Pertumbuhan di Negara-Negara ASEAN

Untuk mengkaji efek jangka panjang tingkat investasi terhadap tingkat pertumbuhan pada lima negara ASEAN, maka regresi model Jones (1995) dan model Dajin Li (2002) telah dilakukan. Hasil regresi kedua model tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Efek jangka Panjang Tingkat Investasi Terhadap Tingkat Pertumbuhan Lima Negara-Negara ASEAN, 1971-2000.


Negara
Tingkat Investasi
Model Jonesa) Model Dajin Lib) Model ASEANc)
Indonesia 0.315
(1.533) -0.020
(-0.139) 0.564***
(3.564)

Malaysia 0.277
(1.517) -0.260
(-0.920) 0.673***
(4.233)

Philipina 0.472*
(2.340) 0.015
(0.104) 0.824***
(3.790)

Singapura -0.103
(-0.523) -0.287*
(-1.840) 0.277
(1.060)

Thailand 0.287
(1.312) -0.084
(-0.384) 0.818***
(4.143)

Keterangan : a) Model Jones (1995), regresi dengan 4 variabel tertangguh masing-masing bagi tingkat pertumbuhan dan turunan pertama tingkat investasi.
b) Model Dajin Li (2002), regresi dengan 4 variabel leads dan tertangguh bagi turunan pertama tingkat investasi.
c) Model ASEAN Regresi model dengan 4 variabel tertangguh masing-masing bagi tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan
(*) Signifikan pada tingkat 95% (**) Signifikan pada tingkat 95% (***)Signifikan pada tingkat 99%


Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil regresi dengan menggunakan model Jones, didapati hanya negara Philipina saja yang menunjukkan hubungan jangka panjang positif antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan, signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen saja. Sedangkan hasil regresi model Dajin Li, didapati hanya negara Singapura pula yang memiliki hubungan jangka panjang yang searah antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhannya, signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen.

Hal di atas berkemungkinan disebabkan oleh perbedaan data historis yang digunakan, di mana Jones dan Dajin Li telah menggunakan data negara-negara OECD dalam regresi modelnya. Secara historis data negara-negara OECD dimaklumkan akan berbeda dengan data negara-negara ASEAN. Di negara-negara OECD kemungkinan perencanaan masa depan sudah dijadikan sebagai satu faktor penentu yang akan mempengaruhi tingkat investasi dan tingkat pertumbuhannya. Sementara bagi negara-negara ASEAN tingkat investasi dan tingkat pertumbuhannya lebih dipengaruhi oleh tingkat investasi dan pertumbuhan sebelumnya. Ini akan memberikan perbedaan penting di dalam pembentukan model efek jangka panjang tersebut.

Untuk mendapatkan satu model yang lebih sesuai untuk meregreskan efek jangka panjang antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan bagi negara-negara ASEAN, maka model berikut ini telah dibentuk :
4 4
git = β0 + β1 Iit + ∑βj git-1 + ∑βj Iit-1 + εt (9)
j=1 j=1

di mana, β0 adalah intersep; Iit adalah efek jangka panjang tingkat investasi terhadap tingkat pertumbuhan; dan ∑βj git-1 dan ∑βj Iit-1 adalah masing-masing variabel tertangguh untuk tingkat pertumbuhan dan tingkat investasi, di mana ini menggambarkan bahwa dalam jangka panjang tingkat pertumbuhan dinegara-negara ASEAN adalah diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat investasi dan tingkat investasi tertangguh serta tingkat pertumbuhan tertangguh yang masing-masing diperkirakan tertangguh selama 4 tahun sebelumnya.

Dari Tabel 2, hasil regresi model ASEAN yang telah dibentuk, menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang positif yang signifikan antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan bagi empat negara ASEAN yang dikaji, masing masing adalah Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand dengan tingkat keyakinan 99 persen. Sedangkan untuk negara Singapura juga menunjukkan hubungan positif meskipun tidak signifikan secara statistik.

Keputusan di atas memberikan implikasi bahwa dengan melakukan penyesuaian terhadap model yang diregresikan dengan data historis negara-negara ASEAN, telah membuktikan bahwa hubungan jangka panjang yang positif diantara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan adalah wujud. Hasil kajian ini dapat lebih memperkuat lagi kajian-kajian yang telah dilakukan oleh Romer (1986,1987), Lucas (1988), Robelo (1991) dan Dajin Li (2002) dan sekaligus mematahkan pernyataan hasil kajian Jones (1995).



V. KESIMPULAN

Dalam kajian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan jangka panjang antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan dengan model AK adalah positif. Hal ini telah diungkapkan didalam hasil kajian yang telah dilakukan oleh Romer (1986,1987), Lucas (1988), Robelo (1991) dan dajin Li (2002), walaupun ditentang oleh Jones (1995), namun dapat dipatahkan.

Hasil kajian yang dilakukan terhadap data negara-negara ASEAN juga membuktikan dan memperkuat lagi bahwa hubungan jangka panjang yang positif antara tingkat investasi dan tingkat pertumbuhan tak dapat ditolak. Ini terbukti dari hasil regresi model yang telah disesuaikan dengan data historis bagi lima negara ASEAN. Empat negara daripada lima negara yang diuji yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina dan Thailand membuktikan secara signifikan hubungan jangka panjang yang positif tersebut, satu negara lainnya yaitu Singapura walaupun tak signifikan secara statistik, namun juga membuktikan hubungan positif tersebut.

Pengembangan kajian lebih lanjut dengan menggunakan berbagai variasi model dalam mengkaji efek positif jangka panjang tingkat investasi terhadap tingkat pertumbuhan adalah menarik untuk dilakukan.









DAFTAR PUSTAKA

Dajin Li. 2002. Is the AK model still alive? The Long-run relation between growth and Investment re-examined, Canadian Journal of Economics, Vol. 35.1, Februari 2002.

Gujarati N,Damodar. 1995. Basic Econometrics. Singapura: McGraw-Hill Internasional Edisions.

Jones.C. 1995. Time Series Tests of Endogenous Growth Models. Quaterly Journal of Economics. 110; 495-525.

Mankiw,N. Gregory .2000. Macroeconomics. New York : Worth Publishers.Inc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar